Seorang warga bernama Ko Zeyar dari Sagaing, Myanmar, harus melintasi jalanan rusak dan bangunan yang runtuh akibat gempa bumi untuk sampai ke kampung halamannya. Mengambil waktu 24 jam dari perjalanan yang biasanya hanya 45 menit dari Mandalay, Ko Zeyar tiba di kota yang terdampak parah oleh gempa.
Episentrum Gempa dan Dampaknya
-
Episentrum: Sagaing merupakan pusat gempa bumi terkuat yang melanda Myanmar dalam satu abad, dengan magnitudo 7,7 pada tanggal 28 Maret.
-
Korban: Lebih dari 3.000 orang tewas dan banyak bangunan hancur, termasuk kota Sagaing.
Kondisi di Sagaing
-
Sarana Penguburan: Mayat-mayat terperangkap di reruntuhan, sementara warga setempat berupaya menguburkan mereka di kuburan massal.
-
Kondisi Penduduk: Para penyintas mengantre untuk makanan dan air, sementara tidur di luar dengan rasa takut akan gempa susulan.
Krisis dan Tantangan
-
Krisis Baru: Dengan hampir 20 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan setelah 4 tahun perang saudara, Myanmar menghadapi krisis akibat gempa.
-
Tantangan Akses: Infrastruktur rusak, termasuk jalan dan jembatan, menghambat upaya penyelamatan dan bantuan.
Kekhawatiran akan Gempa Susulan
- Ketakutan: Warga, termasuk Ko Zeyar, enggan tidur di dalam bangunan karena khawatir tentang gempa susulan. Banyak yang tidur di jalanan.
Meskipun bantuan dan misi penyelamatan terhambat oleh kerusakan infrastruktur, upaya terus dilakukan untuk membantu korban gempa di Sagaing, sementara negara yang sudah dalam situasi sulit akibat konflik internal perlu mengatasi krisis kemanusiaan ini.